Rabu, 22 Februari 2017

PENANGGULANGAN KEBAKARAN LEVEL D (Bag.3)

2.3. Fenomena Kebakaran
       Pendekatan dalam penerapan K3 penanggulangan kebakaran meliputi teknik dan stategi pengendalian sumber energi, teknik dan strategi pemadaman, serta konsep manajemen penaggulanagan kebakaran didasarkan pada analisi fenomena terjadinya api atau kebakaran.
       Pada bagian ini akan mengkaji gejala-gejala pada proses terjadinya api dan kebakaran anara lain menjelaskan fase-fase penting seperti source energy, initiation, growth, flashover, full fire, dan bahaya spesifik pada pristiwa kebakaran seperti back draft, penyebaran asap panas dan gas dll.
2.3.1. Teori dan Anatomi Api
a. Teori Api
       Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar. Gejala lainya yang dapat diamati adalah bila suatu bahan telah terbakar maka akan mengalami perubahan baik fisik bahan yang terbakar akan berubah menjadi arang, abu atau pun hilang menjadi gas dan sifat kimianya akan berubah pula menjadi zat baru.
b. Teori Segitiga Api (triangle of Fire)
       Unsur pokok terjadinya api dalam teori klasik yaitu teori segitiga api (triangle of Fire) menjelskan bahwa untuk mendapatkan berlangsungnya proses nyala api diperlakukan adanya tida unsure poko yaitu adanya bahan yang dapat terbakar (fuel), Oksigen (O2) yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator, dan panas yang cukup.


(triangle of Fire)
       Dengan teori itu maka apabila salah satu unsure dari segitiga api tersebut tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Bahan bakar dapat terbakar jenisnya dapat berupa bahan padat, cair, mupun gas. Sifat penyalaan dari jenis-jenis bahan terdapat perbedaan, yaitu gas lebih mudah terbakar dibandingkan dengan bahan cair maupun padat, demikian juga bahan cair lebih mudah terbakar dibandingkan bahan padat, disini menggambarkan adanya tingkat suhu yang berbeda pada setiap jenis bahan.
       Nyala api akan dapat berlangsung apabila ada keseimbangan besaran angka-angka yang hubungan segitiga api. Besaran-besaran angka fisika yang menghubungkan sisi-sisi pada segitiga tersebut antara lain:
·         Flash Point adalah suhu minimal yang diperlukan untukmenghasilkan sejumlah uap minimal dari bahan bakar dan apabila uap tersebut diberi sumber nyala akan terbakar sesaat, karena jumlah uap yang terbentuk bekum cukup untuk terus menyala.
·         Flammable Range adalah persentasi uap bahan bakar diudara antara batas atas dan batas bawah dimana pada batasan itu uap tersebut dapat terbakar bila ada sumber pemicu nyala.
·         Fire Point adalah Suhu terendah dimana suatu zat (bahan bakar) cukup untuk mengeluarkan uap dan terbakar (menyala terus menerus) bila diberi sumber panas.
·         Ingnition Temperature adalah suhu terendah dimana suatu bahan bakar akan terbakar atau menyala sendiri tanpa diberikan sumber nyala.
       Dari uraian diatas, pada intinya adalah bahwa hubungan sisi dalam segitiga api terdapat besaran angka-angka yang menghubungkan ketiga unsure api tersebut. besaran tersebut menjadi indicator pada setiap tahapan proses sehingga terjadinya kebakaran dapat dihindarkan. Prinsip segitiga api ini juga dapat diterapkan dalam teknik-teknik pemadaman kebakaran, yaitu dengan menghilangkan salah satu unsure dari segitiga api.
c. Teori Piramida bidang empat (Tetrahedron of Fire)
       Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah terjadi perubahan bentuk dan sifat yang semula menjadi zat baru, maka proses ini adalah prubahan secara kimia. Proses pembakaran ditinjau dengan teori kimia adalah reaksi unsure atau senyawa dengan oksigen yang disebut dengan oksidasi atau pembakaran, produk yang tebentuk disebut oksida.
       Oksida dapat berjalan lambat dan dapat berlangsung cepat, oksidasi yang berlangsung lambat, panas yang timbul hapir tidak dapat terdeteksi oleh indra kita, proses oksidasi berlangsung cepat seperti pembakaran batubara atau pembakaran dalam motor bakar disertai dengan pembentukan panas yang tinggi dan disertai cahaya. Temperature selama dalam proses pembakaran berlangsung disebut panas pembakaran.
       Proses reaksi bahan bakar hydrocarbon sama halnya dengan reaksi dengan oksigen menjadi karbon dioksida, dan hydrogen dengan oksigen akan menjadi air akan menghsilkan panas, proses reaksi tersebut melalui tahapan proses yang panjang dan diperlukan waktu tertentu walaupun proses reaksinya berlangsung cepat.
       Dari fenomena rantai reaksi dalam nyala api, maka diyakini ada unsure penting yang menyempurnakan teori segitiga api, yang digambarkan dengan piramida bidang empat atau yang sering disebut dengan “Tetrahedorn of fire


Tetrahedorn of fire
2.3.2. Kebakaran
       Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapa fase tertentu seperti dijelaskan pada gambar berikut.
Diagram Fenomena Kebakaran

Penjelasan :
1.      Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjanya api/kebakaran, tetapi yang pasti ada sumber awal pencetusnya (Source Energy), yaitu adanya potensi energi yang tidak terkendali.
2.      Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat terbakar, maka akan terjadi penyalaan tehap awal (initiation) bermula dari sumber api/nyala yang relative kecil.
3.      Apabila pada pereode awal kebakaran tidak terdeteksi, maka nyala api akan berkembang lebih besar (growth) sehingga api akan menjalar bila ada media disekelilingnya.
4.      Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas kesemua arah secra konduksi, konveksi dan radiasi, sehingga pada suatu saat kurang lebih sekitas 3-10 menit atau setelah temperature mencapai 300 ⁰C akan terjadi penyalaan api serentak yang disebut (Flashover) yang biasanya ditandai pecahnya kaca.
5.      Stelah flash over, nyala api akan membara yang disebut dengan periode kebakaran mantap (Stedy/Full development fire). Temperature pada saat kebakaran penuh (full fire) dapat mencapai 600 – 1000 C. Bangunan dengan structure konstruksi baja akan runtuh pada temperature 700 C. Bangunan dengan konstruksi beton bertulang setelah terbakar lebih dari 7 jam dianggap tidak layak lagi untuk digunakan.
6.      Setelah melaupaui puncak pembakaran, intensitas nyala akan berkurang/surut dan berangsur akan padam, yang disebut pereode surut (Decay)

2.3.3. Klasifikasi Kebakaran
       Setiap jenis bahan yang terbakar memiliki karakteristik yang berbeda, karna itu harus dibuat prosedur yang tepat dalam melakukan tindakan pemadaman dan jenis media yang diterapkan harus sesuai dengan karakteristiknya, mengacu pada standar. Klasifikasi jenis kebakaran menurut standar Amerika yaitu NFPA (National Fire Prevention Assosiation), menetapkan kebakaran menjadi klas A, B, C, D. Pengklasifikasian kebakaran yang didsarkan menurut jenis material yang terbakar seperti dalam table berikut.


       Klasifikasi kebakaran diIndonesia mengacu standar NFPA, yang dimuat dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi PER-04/MEN/1980. Sifat dari masing – masing klasifikasi kebakaran diatas adalah:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar