2.3.
Fenomena Kebakaran
Pendekatan dalam penerapan K3
penanggulangan kebakaran meliputi teknik dan stategi pengendalian sumber
energi, teknik dan strategi pemadaman, serta konsep manajemen penaggulanagan
kebakaran didasarkan pada analisi fenomena terjadinya api atau kebakaran.
Pada bagian ini akan mengkaji
gejala-gejala pada proses terjadinya api dan kebakaran anara lain menjelaskan
fase-fase penting seperti source energy, initiation, growth, flashover, full
fire, dan bahaya spesifik pada pristiwa kebakaran seperti back draft, penyebaran asap panas dan
gas dll.
2.3.1.
Teori dan Anatomi Api
a.
Teori Api
Nyala api adalah suatu fenomena yang
dapat diamati gejalanya yaitu adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang
sedang terbakar. Gejala lainya yang dapat diamati adalah bila suatu bahan telah
terbakar maka akan mengalami perubahan baik fisik bahan yang terbakar akan
berubah menjadi arang, abu atau pun hilang menjadi gas dan sifat kimianya akan
berubah pula menjadi zat baru.
b.
Teori Segitiga Api (triangle of Fire)
Unsur pokok terjadinya api dalam teori
klasik yaitu teori segitiga api (triangle
of Fire) menjelskan bahwa untuk mendapatkan berlangsungnya proses nyala api
diperlakukan adanya tida unsure poko yaitu adanya bahan yang dapat terbakar
(fuel), Oksigen (O2) yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator, dan panas
yang cukup.
(triangle of Fire)
Dengan teori itu maka apabila salah satu unsure
dari segitiga api tersebut tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api
tidak akan terjadi. Bahan bakar dapat terbakar jenisnya dapat berupa bahan
padat, cair, mupun gas. Sifat penyalaan dari jenis-jenis bahan terdapat
perbedaan, yaitu gas lebih mudah terbakar dibandingkan dengan bahan cair maupun
padat, demikian juga bahan cair lebih mudah terbakar dibandingkan bahan padat,
disini menggambarkan adanya tingkat suhu yang berbeda pada setiap jenis bahan.
Nyala api akan dapat berlangsung apabila
ada keseimbangan besaran angka-angka yang hubungan segitiga api. Besaran-besaran
angka fisika yang menghubungkan sisi-sisi pada segitiga tersebut antara lain:
·
Flash
Point adalah suhu minimal yang diperlukan
untukmenghasilkan sejumlah uap minimal dari bahan bakar dan apabila uap
tersebut diberi sumber nyala akan terbakar sesaat, karena jumlah uap yang
terbentuk bekum cukup untuk terus menyala.
·
Flammable
Range adalah persentasi uap bahan bakar
diudara antara batas atas dan batas bawah dimana pada batasan itu uap tersebut
dapat terbakar bila ada sumber pemicu nyala.
·
Fire Point adalah
Suhu terendah dimana suatu zat (bahan bakar) cukup untuk mengeluarkan uap dan
terbakar (menyala terus menerus) bila diberi sumber panas.
·
Ingnition
Temperature adalah suhu terendah dimana suatu
bahan bakar akan terbakar atau menyala sendiri tanpa diberikan sumber nyala.
Dari uraian diatas,
pada intinya adalah bahwa hubungan sisi dalam segitiga api terdapat besaran
angka-angka yang menghubungkan ketiga unsure api tersebut. besaran tersebut
menjadi indicator pada setiap tahapan proses sehingga terjadinya kebakaran
dapat dihindarkan. Prinsip segitiga api ini juga dapat diterapkan dalam
teknik-teknik pemadaman kebakaran, yaitu dengan menghilangkan salah satu unsure
dari segitiga api.
c.
Teori Piramida bidang empat (Tetrahedron of Fire)
Fenomena pada suatu bahan yang terbakar
adalah terjadi perubahan bentuk dan sifat yang semula menjadi zat baru, maka
proses ini adalah prubahan secara kimia. Proses pembakaran ditinjau dengan
teori kimia adalah reaksi unsure atau senyawa dengan oksigen yang disebut
dengan oksidasi atau pembakaran, produk yang tebentuk disebut oksida.
Oksida dapat berjalan lambat dan dapat
berlangsung cepat, oksidasi yang berlangsung lambat, panas yang timbul hapir
tidak dapat terdeteksi oleh indra kita, proses oksidasi berlangsung cepat
seperti pembakaran batubara atau pembakaran dalam motor bakar disertai dengan
pembentukan panas yang tinggi dan disertai cahaya. Temperature selama dalam
proses pembakaran berlangsung disebut panas pembakaran.
Proses reaksi bahan bakar hydrocarbon
sama halnya dengan reaksi dengan oksigen menjadi karbon dioksida, dan hydrogen
dengan oksigen akan menjadi air akan menghsilkan panas, proses reaksi tersebut
melalui tahapan proses yang panjang dan diperlukan waktu tertentu walaupun
proses reaksinya berlangsung cepat.
Dari fenomena rantai reaksi dalam nyala
api, maka diyakini ada unsure penting yang menyempurnakan teori segitiga api,
yang digambarkan dengan piramida bidang empat atau yang sering disebut dengan “Tetrahedorn of fire”
Tetrahedorn
of fire
2.3.2.
Kebakaran
Fenomena kebakaran atau gejala pada
setiap tahapan mulai awal terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam, dapat
diamati beberapa fase tertentu seperti dijelaskan pada gambar berikut.
Diagram
Fenomena Kebakaran
Penjelasan
:
1. Tidak
diketahui kapan dan dimana awal terjanya api/kebakaran, tetapi yang pasti ada
sumber awal pencetusnya (Source Energy),
yaitu adanya potensi energi yang tidak terkendali.
2. Apabila
energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang dapat terbakar, maka akan
terjadi penyalaan tehap awal (initiation)
bermula dari sumber api/nyala yang relative kecil.
3. Apabila
pada pereode awal kebakaran tidak terdeteksi, maka nyala api akan berkembang
lebih besar (growth) sehingga api
akan menjalar bila ada media disekelilingnya.
4. Intensitas
nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas kesemua arah secra konduksi,
konveksi dan radiasi, sehingga pada suatu saat kurang lebih sekitas 3-10 menit
atau setelah temperature mencapai 300 ⁰C
akan terjadi penyalaan api serentak yang disebut (Flashover) yang biasanya ditandai pecahnya kaca.
5. Stelah
flash over, nyala api akan membara yang disebut dengan periode kebakaran mantap
(Stedy/Full development fire). Temperature pada saat kebakaran penuh (full
fire) dapat mencapai 600 – 1000 ⁰C.
Bangunan dengan structure konstruksi baja akan runtuh pada temperature 700 ⁰C.
Bangunan dengan konstruksi beton bertulang setelah terbakar lebih dari 7 jam
dianggap tidak layak lagi untuk digunakan.
6. Setelah
melaupaui puncak pembakaran, intensitas nyala akan berkurang/surut dan
berangsur akan padam, yang disebut pereode surut (Decay)
2.3.3.
Klasifikasi Kebakaran
Setiap jenis bahan yang terbakar memiliki
karakteristik yang berbeda, karna itu harus dibuat prosedur yang tepat dalam
melakukan tindakan pemadaman dan jenis media yang diterapkan harus sesuai
dengan karakteristiknya, mengacu pada standar. Klasifikasi jenis kebakaran
menurut standar Amerika yaitu NFPA (National
Fire Prevention Assosiation), menetapkan kebakaran menjadi klas A, B, C, D.
Pengklasifikasian kebakaran yang didsarkan menurut jenis material yang terbakar
seperti dalam table berikut.
Klasifikasi kebakaran diIndonesia mengacu
standar NFPA, yang dimuat dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
PER-04/MEN/1980. Sifat dari masing – masing klasifikasi kebakaran diatas
adalah:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar