Rabu, 22 Februari 2017

PENANGGULANGAN KEBAKARAN LEVEL D (Bag.4)

2.4. Prinsip Teknik Memadamkan Api
       Dalam uraian diatas dapat kita tarik tiga pemahaman penting terkait dengan pemabahsan tentang prinsip memadamkan api yaitu:
       Pemahaman Pertama:
Berdasarkan teori Triangle of fire, ada 3 element pokok untuk dapat terjadinya yala api yaitu :
·         Bahan Bakar
·         Udara/ Oksigen
·         Panas/ Sumber Penyala
Pemahaman Kedua:
Dari ketiga elemen dalam segitiga api, menuntut adanya persyaratan besaran fisika tertentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga api itu, yaitu:
·         Flash Point
·         Flammable range
·         Fire Point
·         Ingnition Point
Dari besaran angka diatas maka tindakan pengendalian bahaya kebakaran dapat dilakukan dengan penerapan sistem pengendalian dengan pperalatan deteksi besaran angka-angka tersebut.
Pemahaman Ketiga:
Unsur-unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori Tetrahedron of fire ada element keempat yaitu reaksi radikal bebas yang ternyata mempunyai peranan besar dalam proses berlangsungnya nyala api.
       Berdasarkan pemahaman teori diatas, maka teknik untuk memdamkan api dapat dilakukan dengan cara empat prinsip yaitu:
·         Prinsip mendinginkan (cooling), Misalnya dengan menyemprotkan air.
·         Prinsip menutup bahan bakar yang terbakar (Starvation), Misalnya menutup dengan busa.
·         Prinsip mengurangi oksigen (Dilution)m Misalnya menyemprotkan gas CO2.
·         Prinsip memutus rantai reaksi api (mencekik) dengan media kimia.
       Penerapan prinsip-perinsip pemadaman kebakaran diatas, tidak dapat disamaratakan, akan tetapi harus diperhatikan jenis bahan apa yang terbakar, kemudian baru dapat di tenetukan metode apa yang cocok untuk diterapkan dan media jenis apa yang sesuai.

2.5. Jenis-jenis media pemadam kebakaran
       Media pemadaman kebakaran yang umum digunakan adalah air, karena mempunyai efek pendiginan yang baik, mudah diperoleh, murah dan dapat dirancang dengan teknik tertentu. Sistem instalasinya dapat dipasang permanen atau dirancang otomatik den desain bentuk pancaranya dapat bervariasi antara lain,  namun pemadaman jenis air tidak dapat digunakan secra sfektif dan aman untuk semua jenis kebakaran, jenis media pemadaman kebakaran selain air antara lain berbentuk busa (foam), Serbuk kimia kering (dry chemical powder), Carbondioksida, Inergent, Halocarbon (Halon) dan lain – lain. Masing – masing pemadam tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan tertentu.
       Sistem klasifikasi kebakaran membedakan karakteristik setiap jenis bahan yang terbakar, dikaitkan pemilihan jenis media pemadam yang efektif daya pemadamannya dan keselamatan bagi petugas yang melakukan pemadaman, dan menghindarkan kerusakan peralatan dan material akibat penerapan media pemadaman yang digunakan. Dengan memahami klasifikasi kebakaran dan karakteristik tiap jenis media pemadaman kebakaran, maka dapat ditentukan jenis media pemadaman yang sesuai. Dijelaskan pada table dibawah ini.


2.5.1. Sistem Proteksi Kebakaran
       Penerapan sistem proteksi kebakaran atau sumber daya yang direncanakan untuk mnegtisiasi bahay kebakaran, yang harus direncanakan sesuai dengan tingkat resiko bahaya pada hunian yang bersangkutan. Perencanaan sistem proteksi kebakaran yang direncanakan ada 3 sistem strategi yaitu :
·         Sarana Proteksi Kebakaran aktif yaiut berupa alat instalasi yang dipersiapkan untuk mendekteksi dan memadamkan kebakaran seperti sisntem deteksi dan alarm, APAR, Hydrant, Springkel, House rell, dll.
·         Sarana Proteksi kebakaran pasif yaitu berupa alat, sarana atau metoda mengendalikan penyebaran asap panas dan gas berbahaya bila terjadi kebakaran seperti pada sistem kompertementasi, treatment atau clotting fire retardant, sarana pengendalian asap (smoke contro system), sarana evakuasi, sistem pengendalian asap dan api (smoke damper, fire damper, fire stopping), alat bantu evakuasi dan rescue dll.
·         Fire safty manajemen
       Ketentuan yang mewajibkan adanya sistem deteksi dan alarm lain disebutkan dalam peraturan khusus dan Kepmanaker No. 186/MEN/1999. Secara umum menyebutkan bahwa
       “Harus diadakan penjagaan terus menerus selama 24 jam termasuk hari libur, sehingga apabila terjadi kebakaran dapat segera diatasi”
       Apabila instalasi alarm kebakaran otomatik mengambil alih peran tersebut, maka untuk menjamin kehandalan sistem tersebut diharuskan mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Mentri Tenaga kerja No.02/MEN/1983.
Klasifikasi Sistem Alarm:
·         Manual
·         Otomatik (semi adressable atau Fully addressable)
·         Otomatik integrated system (deteksi, alarm dan pemadaman)
Komponen sistem alarm kebakaran otomatik terdiri dari:
·         Detektor dan tombol manual (input signal)
·         Panel indicator kebakaran (sistem Kontrol)
·         Alarm audible atau visible (signal Output)

Sistem instalasi Alarm Kebakaran Otomatik
Penjelasan :
·         Detektor adalah alat untuk mendeteksi kebakaran secara otomatik yang terdapat dipilih tipe yang sesuai dengan karakteristik ruangan, diharapakan dapat mendeteksi secara cepat akurat dantidak member informasi palsu. Jenis detector berdaskan cara kerjanya:
-  Detektor panas (tipe sushu tetap dan tipe kenaikan suhu)
-  Detektor asap (tipe foto elektrik dan ionisasi)
-  Detektor nyala (tipe ultra violet dan infra merah)
·         Tombol Manual, alat yang dapat dioprasikan secara menual yang dilindungi dengan kaca yang dapat diaktifkan secara manual dengan memecahkan kaca terlebih dahulu, apabila ada yang melihat kebakaran tetapi detector otomatik belum bekerja.
·         Panel kendali adalah pusat pengendalian sistem deteksi dan alarm yang dapat mengidikasi status stanby normal, mengindikasi signal input dari detector maupun tombol manual dan mengaktifkan alarm tanda kebakaran. Pada panel kendali dapat diketahui alamat atau lokasi datangnya pangilan detector yang aktif atau tombol manual yang diaktifkan.
·         Signal Alarm adalah indikasi adanya bahaya kebakaran yang dapat di dengar (audible alarm) berupa bell bordering, sirene, atau yang dapat dilihat (visible alarm) berupa lampu.
Sistem instalasi alarm kebakaran otomatik dapat diintegrasikan dengan peralatan yang ada di dalam gedung/ bagunan yang bersngkutan antara lain Lift, AC, Pressurized fan, Indikator aliran sistem springkel dll.
2.5.2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
       Apar direncanakan untuk memadamkan api pada awal kebakaran, desai konstruksinya dapat dijinjing dan mudah dioperasikan oleh satu orang. Brdasarkan peraturan mentri tenaga kerja dan transmigrasi no. Per 04/Men/1980. Syarat pemasangan apar sebagai berikut:
·         Ditempatkan yang mudah dilihat dan mudah dijangkau, mudah diambil (tidak diikat mati atau digembok)
·         Jarak jangkauan 15 Meter
·         Tinggi pemasangan Maksimum 125 Cm
·         Jenis media dan ukuran harus sesuai deng klasifikasi kebakaran dan beban api.
·         Diperiksa secara berkala
·         Media pemadaman harus diisi ulang sesuai batas waktu yang ditentukan
·         Kekuatan konstruksi tabung harus diuji sesuai dengan ketentuan.
2.5.3. Hydrant
       Hydran adalah instalasi pemadaman kebakaran yang dipasang permanan berupa jaringan perpipaan berisi air bertekanan terus menerus yang siap untuk memadamkan kebakaran. Komponen utama sistem hydran terdiri dari:
·         Persediaan air yang cukup
·         Sistem pompa yang handal, pada umumnya terdiri 3 macam pompa yaitu : Pompa jocky, Pompa Utama dan Pompa cadangan
·         Siamese connection atau sambungan untuk mensuplai air dari mobil kebakaran
·         Jaringan pipa yang cukup
·         Slang dan nozel yang cukup melindungi seluruh bangunan

       Perencanaan instalasi hydrant harus memenuhi ketentuan standar yang berlaku dan perhitungan hydrolik kebutuhan debit air dan tekanan edial sesuai klasifikasi bahaya pada bagunan atau obyek yang dilindungi, aplikasi sistem hydran yang dirancang otomatik apabila terjadi kebakaran yang umum digunakan yaitu sistem Springkel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar