2.4.
Prinsip Teknik Memadamkan Api
Dalam uraian diatas dapat kita tarik tiga
pemahaman penting terkait dengan pemabahsan tentang prinsip memadamkan api
yaitu:
Pemahaman Pertama:
Berdasarkan
teori Triangle of fire, ada 3 element pokok untuk dapat terjadinya yala api
yaitu :
·
Bahan Bakar
·
Udara/ Oksigen
·
Panas/ Sumber Penyala
Pemahaman
Kedua:
Dari
ketiga elemen dalam segitiga api, menuntut adanya persyaratan besaran fisika
tertentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga api itu, yaitu:
·
Flash Point
·
Flammable range
·
Fire Point
·
Ingnition Point
Dari
besaran angka diatas maka tindakan pengendalian bahaya kebakaran dapat
dilakukan dengan penerapan sistem pengendalian dengan pperalatan deteksi
besaran angka-angka tersebut.
Pemahaman
Ketiga:
Unsur-unsur
terjadinya api seperti diterangkan dalam teori Tetrahedron of fire ada element
keempat yaitu reaksi radikal bebas yang ternyata mempunyai peranan besar dalam
proses berlangsungnya nyala api.
Berdasarkan pemahaman teori diatas, maka
teknik untuk memdamkan api dapat dilakukan dengan cara empat prinsip yaitu:
·
Prinsip mendinginkan
(cooling), Misalnya dengan menyemprotkan air.
·
Prinsip menutup bahan
bakar yang terbakar (Starvation), Misalnya menutup dengan busa.
·
Prinsip mengurangi
oksigen (Dilution)m Misalnya menyemprotkan gas CO2.
·
Prinsip memutus rantai
reaksi api (mencekik) dengan media kimia.
Penerapan prinsip-perinsip pemadaman
kebakaran diatas, tidak dapat disamaratakan, akan tetapi harus diperhatikan
jenis bahan apa yang terbakar, kemudian baru dapat di tenetukan metode apa yang
cocok untuk diterapkan dan media jenis apa yang sesuai.
2.5.
Jenis-jenis media pemadam kebakaran
Media pemadaman kebakaran yang umum
digunakan adalah air, karena mempunyai efek pendiginan yang baik, mudah
diperoleh, murah dan dapat dirancang dengan teknik tertentu. Sistem
instalasinya dapat dipasang permanen atau dirancang otomatik den desain bentuk
pancaranya dapat bervariasi antara lain,
namun pemadaman jenis air tidak dapat digunakan secra sfektif dan aman
untuk semua jenis kebakaran, jenis media pemadaman kebakaran selain air antara
lain berbentuk busa (foam), Serbuk kimia kering (dry chemical powder),
Carbondioksida, Inergent, Halocarbon (Halon) dan lain – lain. Masing – masing
pemadam tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan tertentu.
Sistem klasifikasi kebakaran membedakan
karakteristik setiap jenis bahan yang terbakar, dikaitkan pemilihan jenis media
pemadam yang efektif daya pemadamannya dan keselamatan bagi petugas yang
melakukan pemadaman, dan menghindarkan kerusakan peralatan dan material akibat
penerapan media pemadaman yang digunakan. Dengan memahami klasifikasi kebakaran
dan karakteristik tiap jenis media pemadaman kebakaran, maka dapat ditentukan
jenis media pemadaman yang sesuai. Dijelaskan pada table dibawah ini.
2.5.1.
Sistem Proteksi Kebakaran
Penerapan sistem proteksi kebakaran atau
sumber daya yang direncanakan untuk mnegtisiasi bahay kebakaran, yang harus
direncanakan sesuai dengan tingkat resiko bahaya pada hunian yang bersangkutan.
Perencanaan sistem proteksi kebakaran yang direncanakan ada 3 sistem strategi
yaitu :
·
Sarana Proteksi
Kebakaran aktif yaiut berupa alat instalasi yang dipersiapkan untuk mendekteksi
dan memadamkan kebakaran seperti sisntem deteksi dan alarm, APAR, Hydrant,
Springkel, House rell, dll.
·
Sarana Proteksi
kebakaran pasif yaitu berupa alat, sarana atau metoda mengendalikan penyebaran
asap panas dan gas berbahaya bila terjadi kebakaran seperti pada sistem
kompertementasi, treatment atau clotting fire retardant, sarana pengendalian
asap (smoke contro system), sarana evakuasi, sistem pengendalian asap dan api
(smoke damper, fire damper, fire stopping), alat bantu evakuasi dan rescue dll.
·
Fire safty manajemen
Ketentuan yang mewajibkan adanya sistem
deteksi dan alarm lain disebutkan dalam peraturan khusus dan Kepmanaker No.
186/MEN/1999. Secara umum menyebutkan bahwa
“Harus
diadakan penjagaan terus menerus selama 24 jam termasuk hari libur, sehingga
apabila terjadi kebakaran dapat segera diatasi”
Apabila instalasi alarm kebakaran
otomatik mengambil alih peran tersebut, maka untuk menjamin kehandalan sistem
tersebut diharuskan mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Mentri
Tenaga kerja No.02/MEN/1983.
Klasifikasi
Sistem Alarm:
·
Manual
·
Otomatik (semi
adressable atau Fully addressable)
·
Otomatik integrated
system (deteksi, alarm dan pemadaman)
Komponen
sistem alarm kebakaran otomatik terdiri dari:
·
Detektor dan tombol
manual (input signal)
·
Panel indicator
kebakaran (sistem Kontrol)
·
Alarm audible atau visible
(signal Output)
Sistem
instalasi Alarm Kebakaran Otomatik
Penjelasan
:
·
Detektor
adalah alat untuk mendeteksi kebakaran secara otomatik yang terdapat dipilih
tipe yang sesuai dengan karakteristik ruangan, diharapakan dapat mendeteksi
secara cepat akurat dantidak member informasi palsu. Jenis detector berdaskan
cara kerjanya:
- Detektor
panas (tipe sushu tetap dan tipe kenaikan suhu)
- Detektor
asap (tipe foto elektrik dan ionisasi)
- Detektor
nyala (tipe ultra violet dan infra merah)
·
Tombol
Manual, alat yang dapat dioprasikan secara
menual yang dilindungi dengan kaca yang dapat diaktifkan secara manual dengan
memecahkan kaca terlebih dahulu, apabila ada yang melihat kebakaran tetapi detector
otomatik belum bekerja.
·
Panel
kendali adalah pusat pengendalian sistem
deteksi dan alarm yang dapat mengidikasi status stanby normal, mengindikasi
signal input dari detector maupun tombol manual dan mengaktifkan alarm tanda
kebakaran. Pada panel kendali dapat diketahui alamat atau lokasi datangnya
pangilan detector yang aktif atau tombol manual yang diaktifkan.
·
Signal
Alarm adalah indikasi adanya bahaya kebakaran
yang dapat di dengar (audible alarm) berupa bell bordering, sirene, atau yang
dapat dilihat (visible alarm) berupa lampu.
Sistem
instalasi alarm kebakaran otomatik dapat diintegrasikan dengan peralatan yang
ada di dalam gedung/ bagunan yang bersngkutan antara lain Lift, AC, Pressurized
fan, Indikator aliran sistem springkel dll.
2.5.2.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Apar direncanakan untuk memadamkan api
pada awal kebakaran, desai konstruksinya dapat dijinjing dan mudah dioperasikan
oleh satu orang. Brdasarkan peraturan mentri tenaga kerja dan transmigrasi no.
Per 04/Men/1980. Syarat pemasangan apar sebagai berikut:
·
Ditempatkan yang mudah
dilihat dan mudah dijangkau, mudah diambil (tidak diikat mati atau digembok)
·
Jarak jangkauan 15
Meter
·
Tinggi pemasangan
Maksimum 125 Cm
·
Jenis media dan ukuran
harus sesuai deng klasifikasi kebakaran dan beban api.
·
Diperiksa secara berkala
·
Media pemadaman harus
diisi ulang sesuai batas waktu yang ditentukan
·
Kekuatan konstruksi
tabung harus diuji sesuai dengan ketentuan.
2.5.3.
Hydrant
Hydran adalah instalasi pemadaman
kebakaran yang dipasang permanan berupa jaringan perpipaan berisi air
bertekanan terus menerus yang siap untuk memadamkan kebakaran. Komponen utama
sistem hydran terdiri dari:
·
Persediaan air yang
cukup
·
Sistem pompa yang
handal, pada umumnya terdiri 3 macam pompa yaitu : Pompa jocky, Pompa Utama dan
Pompa cadangan
·
Siamese connection atau
sambungan untuk mensuplai air dari mobil kebakaran
·
Jaringan pipa yang
cukup
·
Slang dan nozel yang
cukup melindungi seluruh bangunan
Perencanaan instalasi hydrant harus
memenuhi ketentuan standar yang berlaku dan perhitungan hydrolik kebutuhan
debit air dan tekanan edial sesuai klasifikasi bahaya pada bagunan atau obyek
yang dilindungi, aplikasi sistem hydran yang dirancang otomatik apabila terjadi
kebakaran yang umum digunakan yaitu sistem Springkel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar