Rabu, 07 September 2016

Manajemen Perawatan

Salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran proses produksi adalah performa mesin produksi yang baik. Itulah sebabnya perawatan adalah hal yang tidak boleh dilewatkan mengingat unit-unit mesin merupakan salah satu organ penting untuk eksistensi perusahaan. Suatu proses produksi berjalan setiap waktu, bukan tidak diperbolehkan untuk rusak tapi kita harus lebih bisa memenage atau meminimalisir kerusakan paling tidak kita mengetahui kapan unit atau alat itu akan rusak. Selain itu tingkat kerusakan dan intensitas kerusakan merupakan salah satu faktor penilaian utama terhadap suatu manajemen perawatan.
            Pada artikel sebelumnya kita telah membahas tentang dasar-dasar perbaikan untuk itu demi terlangsungnya dan terkontrolnya sebuah perawatan maka dibutuhkanlah manajemen perawatan. Secara garis besar pengertian manajemen pemeliharaan yaitu pengorganisasian operasi pemeliharaan untuk memberikan performansi mengenai peralatan produksi dan fasilitas industry. Berdasarkan definisi manajemen tersebut, menunjukan bahwa bahasan yang utama dalam manajemen adalah bagaimana melakukan fungsi-fungsi berikut:
-          Perencanaan
-          Pengorganisasian
-          Memimpin
-          Pengendalian
Selain itu managemen pemeliharaan mencakup engineering yang didalamnya termasuk pekerjaan teknis untuk menyempurnakan proses pemeliharaan.

1. Struktur Organisasi
       Managemen perawatan harus memliki struktur dan aturan yan jelas, memiliki kepala departemen atau kepala bagian, yang berfungsi sebagai konseptor suatu sistem pemeilharaan dan dibantu oleh beberapa bawahan dan bawahannya lagi, secara umum berikut personal-personal yang kuat hubungan nya dengan struktur management perawatan.
·           Manager (Kepala deperteman/bagian)
Sebagai penanggung jawab departemen terhadap direktur oprasional, sebagai konseptor, pengatur management pemeliharaan dengan program dan sistem nya sendiri tanpa menyalahi aturan-aturan perusahan dan peraturan perundang-undangan yang ada.
·           Assisten Manager (wakil kepala departeman/bagian)
Turut serta membantu dalam pengkonsepan atau program dan sistem yang di susun oleh manager, serta ikut langsung dalam pengawasan berlangsung nya sistem yang telah dibuat.
·           Supervisor (Kepala bidang)
Pelaksana teknis pertama yang bertangung jawab terhadap Manager dan wakilnya dalam pelaksanaan sistem yang diterapkan, membuat perencanaan perawatan secara teknis, serta turut memantauan secara langsung perkembangan sistem yang dibuat.
·           Engineer (Staf ahli)
Staf ahli yang salah satu tugas nya sebagai konsultan teknis dalam perencanaan atau pengembangan suatu sistem pemeliharaan.
·           Teknisi (Pelaksana)
Marupakan ujung tombak dari sistem management pemeliharaan yang secara langsung merawat, mengecek dan memperbaiki kerusakan yang ada.

2. Management data base
       Suatu sistem manajemen yang baik tentunya harus memiliki data-data akurat, data yang memiliki standard nasional (ISO Management Mutu). Pertama penerpan sistem dimulai dari identifikasi peralatan seperti memberi no peralatan, penomoran yang umum digunakan pada industry power plant yaitu penomoran dengan sistem KKS(Kraftwerk-Kennzichen-System).
       Kedua memiliki Manual Book dan drawing peralatan juga merupakan data yang harus dimiliki secara lengkap oleh suatu organisasi pemeliharaan yang nantinya sebagai acauan dan pedoman dalam tindakan perbaikan agar terhindar dari kesalahan prosedur perbaikan. Selain itu sebagai acuan dasar dalam pembentukan jadwal perawatan berkala (preventive maintenance).
       Ketiga Memiliki SOP (Steandar Oprasional Presedur), Setiap organsisasi yang telah memenuhi standard manajemen mutu harus memiliki SOP untuk beberapa keperluan dan beberapa pekerjaan, Contoh SOP untuk Memulai pekerjaan (Work Order), SOP Penangan masalah perbaikan (Fault Eliminating),  SOP untuk pengambilan material/sparepart di Dept. Warehouse (Requirement Item), dan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan SOP.
       Keempat Rekam data perbaikan yang mampu telusur, tentunya setiap perbaikan peralatan harus memiliki daftar rekam seperti tindakan yang dilakukan, peralatan yang diganti atau diperbaiki, dengan tujuan agar mempermudah analisa tindakan predictive maintenance.

3. Cost Control
       Cost control salah satu urusan yang sangat penting dalam management perbaikan yaitu seorang manager harus mampu mengatur cost organisasi yang dipimpinnya. Seperti budget perbaikan, inventory stock sparepart dan project pengembangan. Pada sub bab ini kita akan membahas tentang inventory stock sparepart, yang mana merupkan salah satu factor yang sangat berpengaruh dalam tingkat keberhasilan suatu management perbaikan. Pada dasarnya inventory stock sparepart dapat dibagai atas beberapa golongan: 
-          Consumabel sparepart: Beberapa jenis sparepart yang habis digunakan umum nya alat-alat consumable berupa, WD40, Sealant, Tape, Majun, Bolt, nut, dll.
-          Critical Sparepart: Merupakan jenis part yang sangat penting yang dapat menyebabkan stopnya suatu proses yang rusaknya tidak dapat diprediksi, contohnya beberapa peralatan instrument control, Control Valve, Motor Valve, Motor, dll.
-          Minimum stock sparepart: Jenis part yang juga sangat penting yang dapat menyebabkan stopnya suatu proses yang rusaknya dapat diprediksi, contohnya, Bearing, OIL, Grease, Chemical solution, Filter, dll.

4. Manajemen resiko kecelakan kerja
       Manajemen resiko kecelakaan kerja perupakan salah satu program yang harus ada dalam organisasi perawatan, Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Lebih jauh lagi adalah menciptakan kerja yang tidak saja aman dan sehat, tetapi juga nyaman serta meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas.
       Secara sistematik dilakukan pengendalian potensi bahaya serta risiko dalam proses produksi melalui aktivitas sebagai berikut:
-          Identifikasi bahaya, Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor risiko kesehatan yang dapat tergolong fisik, kimia, biologi, ergonomik, dan psikologi yang ada pada pekerja.
-          Karakterisasi risiko, Tujuan langkah karakterisasi risiko adalah mengevaluasi besaran  risiko kecelakaan dan ganguan kesehatan pada pekerja. Karakterisasi risiko dimulai dengan mengintegrasikan informasi tentang bahaya yang teridentifikasi,  dalam hal ini adalah perpaduan keparahan gangguan kesehatan yang mungkin timbul.
-          Penilaian risiko, langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian risiko meliputi:
·           Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh petugas lain diluar perusahaan yang berkompeten baik dalam pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan.
·           Kunjungan / Inspeksi tempat kerja, yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih detail. Dalam kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar dan mencatat semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja, teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait.
·           Analisis Risiko, Dalam kegiatan ini, semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat keparahan, frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana tindakan untuk mengatasi risiko tersebut dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin.
-          Pengendalian risiko untuk mencegah atau mengurangi kerugian, Pengendalian risiko ditujukan untuk mencegah terjadinya pajanan bahaya kesehatan, atau menurunkan tingkat pajanan sampai pada tingkat yang dapat diterima (acceptable level). Pengendalian dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung keadaan pada saat tersebut. Hirarki yang disarankan dalam pengendalian secara umum adalah; pengendalian secara teknis, pengendalian secara administratif, dan yang terakhir adalah penggunaan alat pelindung diri (personal protective equipment).

5. Implementasi software Maintenance
       Program software yang digunakan dalam organisasi perbaikan merupakan program yang dibuat yang disesuaikan dengan standard operasional prosedur (SOP) yang berlaku pada organisasi tersebut, yang berguna untuk mempermudah pekerjaan perbaikan baik secara peritungan biaya, management resiko kecelakaan, personal teknisi dan rekam data perbaikan, yang secara langsung terintegritas dengan department terkait, seperti Dept. Oprasi/Produksi, Dept Keuangan dan HRD. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar